Jumat, 17 Juli 2009

WUJUD HIDUP YANG DIUBAHKAN

Wujud Hidup Yang Diubahkan
(Yohanes 9 :1 – 41)

Sebelum ulat menjadi kupu-kupu ia terlebih dahulu mengalami proses metamorfosis. Dari telur menjadi ulat,kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu yang elok. Suatu makhluk yang awalnya tidak berharga, jelek, beracun membuat orang gatal-gatal tetapi ketika berubah menjadi kupu-kupu yang cantik, orang menjadi senang melihatnya dan mengaguminya dan kupu-kupu itu berfungsi untuk mengawinkan tanaman. Makhluk kecil ini meninggalkan wujud lamanya dan membentuk wujud kehidupan yang baru, yang sangat berbeda dengan wujud lamanya. Demikian halnya dengan kehidupan orang Kristen harus memiliki perubahan, jangan terus hidup menjadi sesuatu yang tidak berharga yang hanya bisa menyakiti orang lain seperti ulat tetapi jadilah seperti kupu-kupu yang disenangi orang lain yang berguna sesuatu. Dari kehidupan yang mati menjadi hidup karena dilahirbarukan oleh Roh Kudus kemudian hidup dalam pengudusan semakin hari semakin diproses sehingga memperlihatkan wujud kehidupan yang baru, yang menyenangkan Tuhan,
Injil Yohanes tidak banyak menceritakan tentang mujizat tetapi ada satu kisah yang sangat menarik dari mujizat yang dilakukan Yesus yaitu ketika Ia menyembuhkan seorang yang buta sejak lahirnya. Dalam kisah ini ada banyak prinsip-prinsip yang Yesus ajarkan dan penting untuk kita ketahui; mari kita perhatikan prinsip-prinsip apa sajakah ada di dalamnya!!

“Kehidupan yang diubahkan oleh Tuhan, membawa kepada ketaatan,keberanian bersaksi dan dapat mengenal Tuhan dengan benar.”

Bagaimakah wujud kehidupan yang telah diubahkan ?
Ikut bekerja bersama Yesus (ay. 1-7a)
Kata “ikut” artinya turut serta, termasuk, terlibat, campur tangan. Jadi ikut bekerja bersama Yesus berarti turut serta atau melibatkan diri bersama Yesus dalam mengerjakan pekerjaan Bapa. Dalam ayat 3 Yesus berkata “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, …. .” Perkataan ini keluar dari mulut Yesus ketika Ia selesai memberikan jawaban kepada pertanyaan murid-murid-Nya. Perhatikan kata “kita” adalah jamak (lebih dari satu) berarti tidak hanya menunjuk pada diri Yesus tetapi kata kita melibatkan murid-murid-Nya. Memang yang melakukan atau mengerjakan mujizat itu adalah Yesus sendiri dan murid-murid-Nya tidak ambil bagian didalamnya. Jadi mengerjakan pekerjaan Dia bukan hanya Yesus tetapi kita semua juga harus terlibat didalamnya sebab kita adalah murid-murid Yesus dan teman sekerja Allah.
Ketika murid-murid Yesus bertanya kepada-Nya “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga dilahirkan buta?”
Ada 2 hal yang perlu kita perhatikan mengenai pertanyaan murid-murid Yesus, yaitu:
1. Kemungkinan pemahaman mereka yang berbuat dosa adalah orang tuanya; pandangan mereka bahwa seorang yang lahir cacat karena dosa orang tuanya didasarkan pada penafsiran Keluaran 20:5; 34:7;Mzr. 109:14; Yes. 65:5,7 yang menyatakan bahwa dosa ayah atau ibu, bahkan nenek moyang ditanggung oleh atau kepada keturunannya.
2). Dia sendiri yang berbuat dosa; Pertanyaannya,apakah mungkin bayi dalam kandungan dapat berbuat dosa? Bag orang Yahudi itu mungkin, bias terjadi. Dasarnya adalah penafsiran terhadap Kej.4:7,”dosa sudah mengintif didepan pintu”, hal ini mereka artikan sebagai pintu rahim.
Kalau orang-orang Yahudi pada saat itu memiliki pemahaman bahwa orang yang menderita secara fisik dan mengalami banyak problema kehidupan adalah orang berdosa dan tidak diberkati Tuhan. Saya yakin hal ini terkonsep dalam pikiran murid-murid Yesus sehingga mereka bertanya demikian. Tetapi kita perhatikan dalam ayat 3-6 Yesus tidak memberikan jawaban dari apa yang mereka pikirkan. Yesus tidak berpendapat bahwa orang yang lahir buta itu cacat akibat dosa, Yesus juga tidak menganggap orang buta itu sebagai obyek pembicaraan dan penyembuhan, melainkan sebagai seorang manusia/ individu yang mengalami "pekerjaan-pekerjaan" Allah yang menyelamatkan.Yesus tidak mencari siapa yang berbuat dosa dan tidak menyalahkan siapa-siapa sehingga anak itu lahir buta. Tetapi Yesus memberikan “solusi” dan jawaban yang tepat yang diluar pemikiran murid-murid-Nya.
Orang Kristen banyak yang ingin memberikan solusi dan jawaban pada orang lain tetapi dengan cara yang salah.kita terkadang memberikan bantuan tetapi kita lebih dahulu mencari penyebabnya; siapa penyebabnya, siapa biangnya, bahkan lebih fatal lagi mencari kambing hitamnya. Sehingga seolah-olah menjadi seperti Polisi, FBI, CIA, menjadi Intejen yang hebat mencari penyebab dan pelaku terjadinya sesuatu. Sehingga hasilnya bukan memberikan solusi, jawaban dan mengangkat beban orang lain tetapi justru membuat orang lain bertamba susah. Saudara kita adalah teman sekerja Allah yang turut bekerja bersama Yesus dalam mengerjakan pekerjaan Allah. Oleh sebab itu jadikanlah Yesus teladan dalam kehidupan kita, dan kita jangan tinggal diam, pasif tetapi bekerjalah sebab orang lain membetuhkan kita. Orang Kristen jangan menjadi beban tetapi jadilah Catrol, yang mengangkat beban orang lain, dan orang Kristen jangan menjadi racun tetapi jadilah obat bagi orang lain, yang mengobati dan mengibur orang yang susah hatinya.

Memiliki ketaatan (ay. 7)
Ketaatan dari kata taat artinya patuh, tunduk, menuruti perintah. Perhatikan kalimat “maka pergilah orang itu, …”(7b). Kalimat ini menandahkan adanya tindakan ketaatan orang buta tersebut, terhadap perintah Yesus. Kalau kita menyimak perintah Yesus, ini adalah suatu pernyataan yang tidak masuk akal. Mengapa? Kembali kita melihat, yang diperintahkan Yesus itu adalah orang buta. Untuk berjalan 5 meter kedepannya itu membutukan orang lainnya untuk menuntunnya apalagi mau masuk ke “kolam” untuk membasuh dirinya sendiri itukan sangat tidak mungkin. Kolam siloam adalah salah satu penampungan air dari Gihon di Yerusalem, yang sumber mata airnya di Gihon. Semua air dari Gihon ini ditampung di kolam siloam. Kolam ini dianggap oleh orang Yahudi sebagai air pembersi dan penyembuh orang menderita sakit.
Metode yang Yesus gunakan menyembuhkan orang buta itu sama dengan cara yang dipakai oleh tabib pada zaman itu. Mungkin muncul dalam pikiran kita, bahwa apakah tanah yang diaduk dengan ludah Yesus dan dioleskan kemata orang buta itu belum cukup untuk memnyembuhkannya? Yesus kan Maha Kuasa jadi bisa saja menyembuhkan seketika itu juga, tetapi mengapa Ia memerintahkan orang buta itu harus pergi ke Kolam Siloam untuk membasuh dirinya?. Saudara penting kita ketahui bahwa Tuhan menghendaki ketaatan kita, keterlibatan kita dalam mewujudkan rencana dan tujuanNya yang kudus. Kita adalah media yang dipakai Tuhan untuk melaksanakan rencanaNya. Max Lucado mengatakan behwa “memang tindakan manusia tidak ada artinya dimata Tuhan tetapi setidaknya dibutuhkan. Memang tindakan kita tidak mendatangkan keselamatan tetapi melalui tindakan kita Tuhan menyatakn kuasa-Nya, dan semua ketaatan kita itu diperhitungkan oleh Tuhan. Paulus mengatakan bahwa kami adalah teman sekerja Allah (1 Kor.3:9),berarti keterlibatan kita dalam bekerja sama adalah suatu keharusan bagi kita untuk dilakukan. Sebab itu kita harus bersyukur karena Tuhan mau melibatkan kita dalam mewujudkan rencana dan pekerjaan-Nya yang mulia melalui kita.
Karena itu saudara/i ketahuilah bahwa ketaatan adalah wujud kehidupan orang Kristen, yang walaupun seringkali apa yang kita inginkan bertentangan dengan cara Tuhan dalam mengerjakan sesuatu dalam hidup kita.Tetapi ketaatan kita teruji dan terbukti ketika kita melakukan apa yang tidak sesuai dengan keinginan hati kita dan setiap tindakan ketaatan kita itu tidak sia-sia, dan semuanya pasti ada hasilnya karena semuanya itu diperhitungkan oleh Allah. Untuk taat dibutuhkan kepekaan terhadap suara Tuhan. sebab itu jadikanlah ketaatan sebagai gaya hidup kta sehingga wujud hidup yang telah dibaharui itu dilihat oleh semua orang.

3. Berani Bersaksi (ay. 8-12).
Menurut kamus Bhs. Indonesia Saksi adalah orang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa; orang yang memberi keterangan di muka Hakim untuk kepentingan pendakwa atau terdakwa, dan pemberi bukti kebenaran. Sedangkan dalam Ensklopedi saksi adalah “Marturia” artinya orang yang memberi kesaksian tetang sesuatu yang sendiri telah melihatnya. Dalam dunia Kristen modern “ kesaksian” berarti cerita tetang apa yang dikerjakan Kristus atas hidup seseorang, menjadi pengalamn pribadi orang itu. Jadi berani bersaksi artinya berani menceritahkan karya Yesus dalam hidupnya bagi orang lain. Perhatikan pengakuan orang buta itu “Benar, akulah itu.” (ay.9c). Ketika reaksi para tetangga-tetangganya dan orang-orang yang mengenal dia sebagai pengemis yang buta. Mereka tercangang, heran dan seolah-olah tidak percaya akan sesuatu yang terjadi pada orang tersebut, diantara mereka ada yang berkata “bukankah dia ini yang selalu mengemis?” tetapi ada juga yang berkata “bukan tetapi serupa dengan dia.”(ay.8-9).
Kita perhatikan pekerjaan sebelumnya orang buta tersebut adalah mengemis. Untuk menghidupi hidupnya ia harus menjadi seorang pengemis, memintah-mintah. Bagi orang Yahudi “mengemis” adalah pekerjaan yang sangat tidak dihargai, hina dimata mereka, dan orang yang bekerja demikian adalah orang berdosa, terkutuk dan tidak diberkati Tuhan apalagi orang ini adalah seorang yang buta. Jadi jelas wajar kalau mereka heran melihat dia, dan tidak percaya kalau dia sudah tahir. Tetapi dalam ayat 9c kita dapat melihat keberaniannya, tidak merasa malu dan dengan penuh optimis menjawab mereka dengan berkata “benar, akulah itu”. Dia membuktikan dan bersaksi bahwa dialah pengemis yang mereka kenal itu. Dalam kesempatan itu,ia tidak hanya mengakui keberadaan dirinya sebagai pengemis tetapi ia juga sudah bersaksi, menceritakan tentang apa yang Tuhan Yesus kerjakan dalam hidupnya.
Sebagai orang Kristen yang telah diubahkan, kita bukan hanya dituntut untuk ikut bekerja bersama Kristus, menjadi taat tetapi jiga harus berani bersaksi, menceritakan kasih dan karya Kristus dalam hidup kita . Bersaksi tentang Kristus bukanlah pilihan tetapi suatu keharusan untuk kita lakukan. Sebab itu jadilah saksi-saksi Kristus jangan malu dan jangan takut untuk ditolak sebab secara tidak Tuhanlah yang mereka tolak.

4. Memiliki Iman yang Teguh (ay. 13-34)
Iman yang teguh adalah iman yang tak tergoyakan, tak tergoncangkan oleh apapun. Dalam ayat 33 berbunyi “jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Perkataan ini adalah suatu perkataan yang penuh dengan keyakinan. Iman telah bekerja didalam kehidupan orang buta tersebut, sehingga ia berani berkata demikian. Ia percaya bahwa Yesus adalah sorang datang dari Allah, dan ia percaya Yesus adalah nabi (ay.17c). Jikalau bukan iman ia tidak mungkin percaya dan tidak berani bersaksi demikian. Iman yang teguh memampukan seseorang untuk menghadapi masalah dan berani menanggung resiko. Orang buta ini memiliki iman yang teruji dan hal itu terbukti ketika ia mulai bersaksi tentang karya Kristus dalam kehidupannya.
Perhatikan dalam ayat 13 ia mulai menghadapi masalah dari persoalan-persoalan yang diangkat orang-orang Farisi yaitu;
ü Orang-orang Farisi(ay.13-34)Persoalan yang diangkat orang-orang Farisi adalah:* waktu kejadian penyembuhan adalah pada hari Sabat (ay. 14, 16)* mereka meragukan apakah Yesus benar datang dari Allah (ay. 16)-setelah melihat mujizat penyembuhan orang yang buta sejak lahir, mereka sendiri bertentangan pendapat tentang asal usul Yesus (ay. 16)-akhirnya mereka berpendapat Yesus bukan berasal dari Allah, tidak seperti Musa yang berasaI dari Allah (ay. 28-29) mereka marah ketika orang yang sudah melek itu menjelaskan tentang siapa Yesus; mereka menyebut orang yang tadinya buta itu "lahir sama sekali dalam dosa" -kata-kata yang menghakimi dan melecehkan (ay. 30-34)
Tetangga-tetangganya dan orang-orang yang mengenal membawa dia kepada orang-orang farisi. Pengakuannya sebagai seorang pengemis buta yang sudah disembukan oleh Yesus mengakibatkan dia berhadapan dengan orang-orang Farisi. Dia diinterviu oleh mereka tentang kesembuhan yang terjadi pada dirinya tetapi wawancara itu bukan mencari kebenarannya tetapi mencari kesalahan Yesus. Apalagi ketika Yeus melakukan mujizat itu bertepatan pada hari sabat. Hari sabat bagi orang-orang Yahudi adalah hari yang dikuhsuskan sebagai hari peristirahatan, hari yang mereka kuduskan bagi Allah. Itulah sebabnya mereka tidak percaya kepada Yesus bahwa Dia datang dari Allah karena tidak memelihara hari sabat (ay. 16a). penolakan itu merupakan ujian pertama bagi iman orang buta tersebut. Namun rupanya perkatan itu tidak mengurangi kepercayaannya dan ia tetap percaya bahwa “Yesus adalah seorang nabi”(17).
Masalah kedua yang dihadapi yaitu ketika orang Farisi tidak percaya pada kesaksian orang buta tersebut sehingga mereka datang kepada orang tuanya untuk memintah kesaksian tentang kejadian kesembuhan anaknya. Tetapi orang tuanya tidak membantu dia untuk memberikan kesaksian yang sebenarnyai. Orang tuanya lebih tunduk, takut kepada orang-orang Yahudi dari pada menyatakan kesaksian yang sebenarnya. Saya yakin ketika anak buta itu melihat orang pertamakali dia datangi dan ceritakan peristiwa itu adalah orang tuanya, jadi tidak mungkin orang tuanya tidak mengetahui siapa yang menyebuhkannya dan bagaimana anaknya disembukan. Memang kelihatannya orang tuanya seolah-olah bijak tetapi tindakannya bukanlah tindakan yang diinginkan oleh Tuhan, mengapa? Kerana yang Tuhan kehendaki adalah kita bersaksi tentang karya-Nya bagi orang lain.
Masalah yang ketiga, ia seolah-olah mendapat paksaan dari orang-orang Yahudi supaya ia beruba pikiran untuk tidak percaya bahwa Yesus datang dari Allah.(ay. 24). Bahkan sampai-sampai mereka mengejek dia ia adalah murid Yesus yang tidak tahu datangnya dari mana sedangkan mereka adalah murid-murid Musa, yang di mana kepadanya Tuhan telah berfirman (ay.28-29). Namun semua ujian ini tidak sedikitpun menggoncangkan imannya, tetapi ia tetap percaya dan berpegang teguh pada imannya, dan ia yakin bahwa Yesus yang telah menyembuhkan dia datangnya dari Allah, (ay.30-33). Karena imannya ia dikucilkan dan diusir keluar. Sebab itu harus kita sadar bahwa ketika kita mulai mengikut Yesus, bersaksi tentang Dia kita harus berani memikul salib. Iman kita akan semakin kelihatan kemurniannya ketika kita melewati banyak masalah, dan penderitaan. Oleh sebab itu jangan lari dan menghindar dari masalah tetapi jadikanlah masalah sebagai batu loncatan dalam pertumbuhan iman kita.

5. Mengenal Yesus secara pribadi (ay. 35-41).
Mengenal bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi arti mengenal lebih daripada mengetahui. Sebab mengenal memiliki unsure keintiman didalam suatu hubungan persahabatan atau persaudaraan. Ketika Yesus mendengar bahwa orang buta itu telah diusir oleh orang-orang Yahudi, Yesus menemui dia dan melakukan pecakapan dengan Ia menyatakan siapa diri-Nya, dan pada saat itulah ia mengenal siapa Yesus sebenarnya yang telah menyembuhkan dia. Rupanya dia bukan hanya sekedar nabi yang datang dari Allah tetapi Yesus adalah Tuhan. Dengan iman ia percaya bahwa Yesus adalah Anak manusia yang diutus Allah untuk menebus umat manusia dari kuasa dosa. Perhatikan kata “mendengar dan bertemu” ; “mendengar” menunjukkan bahwa Yesus meninggalkan jauh orang buta itu, berarti Yesus ada di sekitar daerah itu . sedangkan kata “bertemu” menunjukkan inisiatif Yesus. Jadi mengenal Yesus bukanlah inisiatif manusia tetapi Allah yang berinisiatif memberikan dirinya sehingga kita dapat mengenal Nya
Sangat menarik jika kita perhatikan mengenai pengenalannya tentang Yesus, ternyata pengenalannya itu terus berkembang. Mula-mula ia menyebut Yesus sebagai seseorang (ay.11), kemudian ia menyebutkan Yesus adalah nabi (ay.17), seorang yang melakukan mujizat (ay.25). kemudian menyebut-Nya sebagai seorang yang datang dari Allah dan di dengar Allah (ay.31,33); dan pada akhirnya percaya bahwa Yesus adalah Anak Manusia yang diutus Allah (ay.38). Pengenalannya itu tidak secara spontan, tetapi melalui suatu proses dan hal itu tidak mudah dan menyenangkan tetapi perlu untuk memikul salib.
Ketika orang kita bertobat seringkali kita berkata “saya telah menemukan Yesus” perkataan ini benar tetapi kita jangan puas sampai disitu.. R.C Sproul berkata “pada saat kita menemukan Kristus, saat itu bukan merupakan akhir dari pencarian kita, melainkan awal dari pencarian kita.” Biasanya, pada saat kita mendapatkan apa yang kita cari, hal itu merupaka tanda berkhirnya pencarian kita. Tetapi ketika kita “mendapatkan” Kristus, itu adalah awal dari pencarian kita. Ingatlah, ketika kita menemukan Yesus bukanlah akhir dari pencarian kita tetapi menemukan adalah awal pencarian dan pengenalan akan Kristus. Pertemuan membawa kepada pengenalan dan pengenalan kepada keintiman dan ketergantungan kepada Allah. Ketika kita mulai bergantung pada Allah maka iman kita mulai mengalami pertumbuhan. Kembali lagi “Gerakan pertumbuhan ini digerakan oleh pencarian akan Allah secara teru-menerus hingga kita mengenal Yesus . Jadi hasil wujud dari hidup yang diubahkan adalah mengenal Yesus Kristus secara pribadi dalam hidup kita.







God bless You

Tidak ada komentar:

Posting Komentar