Rabu, 23 September 2009

KEBANGGAAN DI DALAM KRISTUS

Ibadah Chepel ST-3
Sabda

KEBANGGAAN DI DALAM KRISTUS
(FILIPI 3: 4-11)
Jemaat di Filipi adalah jemaat pertama yang didirikan Paulus di Eropa. Filipi terletak di Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Romawi. Surat Paulus kepada jemaat di Filipi ini ditulis ketika Paulus berada di penjara. Hatinya pada saat itu cemas karena ada pekerja-pekerja Kristen yang menentangnya. Juga karena didalam jemaat di Filipi itu ada orang-orang yang mengajarkan ajaran-ajaran yang menyesatkan, meskipun demikian surat Paulus ini bernada gembira/ sukacita dan penuh harapan. Apa sebabnya demikian?. Tidak lain hanyalah karena Paulus percaya sekali kepada Kristus. Paulus menulis surat ini karena pertama-tama ia mau mengucapkan terima kasih kepada jemaat di Filipi atas pemberiaan yang telah diterimanya dari meraka ketika ia berada dalam kesukaran. Dan dalam kesempatan ini pula ia ingin memberikan dorongan kepada mereka supaya mereka berani dan tabah dalam menghadapi kesukaran. Ia meminta dengan sangat supaya meraka rendah hati seperti Yesus, dan tidak dikuasai oleh perasaan angkuh dan mementingkan diri sendiri. Ia mengingatkan mereka bahwa hanya karena rahmat Tuhan sajalah, Tuhan membuat mereka bersatu dengan Kristus berdasarkan iman mereka kepada-Nya, bukan karena mereka taat menjalankan upacara-upacara agama yang di tentukan dalam hukum agama Yahudi. Selanjutnya Paulus menulis juga tentang kegembiraan dan sejahtera yang diberikan Tuhan kepada orang-orang yang hidup bersatu dengan Kristus. Ciri khas surat ini ialah tekanannya pada sukacita, keteguhan hati, kesatuan, dan ketabahan orang Kristen dalam mempertahankan imannya kepada Kristus, dan dalam menjalani hidup sebagai orang Kristen. Surat ini menunjukkan juga betapa cintanya Paulus kepada jemaat di Filipi.

Kebanggaan Paulus secara lahiriah
 Ia disunat pada hari kedelapan
 Ia dari bangsa Israel
 Ia dari suku Benyamin
 Ia orang Ibrani asli
 Tentang pendirian terhadap hukum Taurat ia orang Farisi
 Kegiatannya sebagai penganiaya jemaat Tuhan
 Tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat ia tidak bercacat

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi mengatakan bahwa, kebanggaan orang Kristen tidak terletak pada harta duniawi/ kedudukan mereka, melainkan Kristus. Karena Kristus-lah, ia melepaskan kebanggaan dirinya dan menganggapnya semuanya itu adalah sampah.
“Mengenal kuasa dan kebangkitan Kristus adalah suatu kebanggaan dalam hidup orang percaya dan jaminan keselamatan yang kekal”
Apa alasan Paulus sampai berani mengatakan semua yang menjadi kebanggaannya itu adalah sampah?
1. Karena Kristus lebih mulia dari segala sesuatu ( ay. 7-8 ).
Artinya, meskipun kedudukan dan materi duniawi tampak menarik dan semua kebanggaan yang bersifat duniawi, semuanya tidak dapat melepaskan kita dari dosa. Dosa telah menjadikan kita manusia “hina” dihadapan Tuhan. Hanya Kristus yang dapat memulihkan kedudukan kita dihadapan Tuhan.
Dalam ayat 8 ini Paulus menganggap rugi/ suatu kerugiaan, tetapi di ayat yang sama Paulus memberikan jawabannya yaitu karena sesuatu yang mulia dan lebih tinggi, atau sesuatu yang menentukan. Dalam bahasa Yunani menggunakan kata “ u`pere,con ” (huperechon) yang memiliki pengertian lebih tinggi, lebih utama, yang telah ia peroleh dalam hidupnya sebagai ganti dari segala sesuatu yang ia miliki dahulu.
Apa sesuatu yang lebih tinggi dan mulia itu? Yaitu pengenalannya akan Yesus Kristus Tuhannya. Kata pengenalan disini dari bahasa Yunani adalah “gnoseos” (gnoseos) yaitu pengenalan/pengetahuan artinya pengenalannya ialah “relasi yang mesra, atau persekutuan yang ia peroleh dengan Kristus sesudah ia bertobat dan percaya kepada-Nya. Dan pengetahuan itu tidak diperoleh dari dirinya sendiri, tetapi dari Dia yang memberikan kepadanya.
Kata “ezemiothen” (ezemiothen) yaitu aku melepaskan yang memiliki pengertian aku merugi. Ia merasakan sebagai suatu kerugian, karena Kristus, ia telah melepaskan (membuang semuanya itu). Kata “ezemiothen” menggunakan atau memakai bentuk pasif. Kristuslah yang membuat Paulus memiliki segala-segalanya dan segala sesuatu yang dia miliki dahulu adalah suatu kerugian dan itu semuanya sampah yang tiada berarti dan sia-sia.
2. Berada di dalam Dia merupakan jaminan keselamatan orang percaya ( ay.10-11 )
Dalam ayat 10; Paulus mengungkapkan kehendaknya untuk mengenal Kristus, artinya mendapatkan hubungan yang erat dengan Dia,berada di dalam persekutuan-Nya, dikuasai dan diperintah oleh-Nya. Kata mengenal disini bukan mengenal secara intelektual, tetapi mengenal dalam arti mempunyai relasi yang erat dengan berada dalam persekutuan hidup yang intim dengan orang yang dikenal. Paulus meu mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya. Kuasa dalam ayat ini menggunakan kata dunamis (dunamis), jadi yang dimaksudkan dengan kuasa kebangkitan-Nya disini ialah kuasa yang Ia nyatakan dalam kebangkitan-Nya dari antara orang-orang mati, kuasa yang memenuhi-Nya sekarang sebagai Tuhan yang hidup, kuasa yang Ia pakai untuk memerintah dan mengubah hidup manusia. Berada dalam persekutuan dengan Kristus itu berarti mengalami kuasa perubahan ini: kuasa pengampunan dosa ( 1 Kor 15:17), kuasa penciptaan hidup yang baru ( Rom 6:4 ), dan kuasa inilah yang telah dialami oleh Paulus. Hidupnya sudah berubah dan lain daripada hidupnya yang dahulu, hal ini tidak berarti bahwa hidupnya yang sekarang ini lebih senang dan lebih indah dari pada hidupnya yang dulu.
Sedangkan dalam ayat 11; dengan suatu harapan yaitu supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Kata beroleh disini bukan berarti itu adalah usaha manusia untuk mencapai kebangkitan dari antara orang mati, tetapi adalah kerelaan Tuhan untuk memimpinnya kesana. Paulus dengan begitu yakin bersaksi, bahwa ia telah berada di tengah jalan, untuk menujuh kepada kebangkitan itu dan tidak ada satupun yang dapat menahannya untuk beroleh kengkitan itu karena Yesus telah memberikan jaminan keselamatan bagi orang yang percaya kepada-Nya. Hal inilah yang di tekankan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi bahwa keselamatan hanya di peroleh melalui iman kepada Kristus Yesus Tuhannya, dan bukan berdasarkan hokum taurat karena siapa yang berada dibawah hukum taurat ada dalam kutuk taurat, tetapi sebaliknya siapa yang berada di dalam Kristus memperoleh kepastian keselamatan. Sehingga pengenalan akan Dia serta kuasa kebangkitannya menjadi prioritas hidupnya. Tuhan Yesus Memberkati, Amin.

Jumat, 17 Juli 2009

WUJUD HIDUP YANG DIUBAHKAN

Wujud Hidup Yang Diubahkan
(Yohanes 9 :1 – 41)

Sebelum ulat menjadi kupu-kupu ia terlebih dahulu mengalami proses metamorfosis. Dari telur menjadi ulat,kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu yang elok. Suatu makhluk yang awalnya tidak berharga, jelek, beracun membuat orang gatal-gatal tetapi ketika berubah menjadi kupu-kupu yang cantik, orang menjadi senang melihatnya dan mengaguminya dan kupu-kupu itu berfungsi untuk mengawinkan tanaman. Makhluk kecil ini meninggalkan wujud lamanya dan membentuk wujud kehidupan yang baru, yang sangat berbeda dengan wujud lamanya. Demikian halnya dengan kehidupan orang Kristen harus memiliki perubahan, jangan terus hidup menjadi sesuatu yang tidak berharga yang hanya bisa menyakiti orang lain seperti ulat tetapi jadilah seperti kupu-kupu yang disenangi orang lain yang berguna sesuatu. Dari kehidupan yang mati menjadi hidup karena dilahirbarukan oleh Roh Kudus kemudian hidup dalam pengudusan semakin hari semakin diproses sehingga memperlihatkan wujud kehidupan yang baru, yang menyenangkan Tuhan,
Injil Yohanes tidak banyak menceritakan tentang mujizat tetapi ada satu kisah yang sangat menarik dari mujizat yang dilakukan Yesus yaitu ketika Ia menyembuhkan seorang yang buta sejak lahirnya. Dalam kisah ini ada banyak prinsip-prinsip yang Yesus ajarkan dan penting untuk kita ketahui; mari kita perhatikan prinsip-prinsip apa sajakah ada di dalamnya!!

“Kehidupan yang diubahkan oleh Tuhan, membawa kepada ketaatan,keberanian bersaksi dan dapat mengenal Tuhan dengan benar.”

Bagaimakah wujud kehidupan yang telah diubahkan ?
Ikut bekerja bersama Yesus (ay. 1-7a)
Kata “ikut” artinya turut serta, termasuk, terlibat, campur tangan. Jadi ikut bekerja bersama Yesus berarti turut serta atau melibatkan diri bersama Yesus dalam mengerjakan pekerjaan Bapa. Dalam ayat 3 Yesus berkata “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, …. .” Perkataan ini keluar dari mulut Yesus ketika Ia selesai memberikan jawaban kepada pertanyaan murid-murid-Nya. Perhatikan kata “kita” adalah jamak (lebih dari satu) berarti tidak hanya menunjuk pada diri Yesus tetapi kata kita melibatkan murid-murid-Nya. Memang yang melakukan atau mengerjakan mujizat itu adalah Yesus sendiri dan murid-murid-Nya tidak ambil bagian didalamnya. Jadi mengerjakan pekerjaan Dia bukan hanya Yesus tetapi kita semua juga harus terlibat didalamnya sebab kita adalah murid-murid Yesus dan teman sekerja Allah.
Ketika murid-murid Yesus bertanya kepada-Nya “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga dilahirkan buta?”
Ada 2 hal yang perlu kita perhatikan mengenai pertanyaan murid-murid Yesus, yaitu:
1. Kemungkinan pemahaman mereka yang berbuat dosa adalah orang tuanya; pandangan mereka bahwa seorang yang lahir cacat karena dosa orang tuanya didasarkan pada penafsiran Keluaran 20:5; 34:7;Mzr. 109:14; Yes. 65:5,7 yang menyatakan bahwa dosa ayah atau ibu, bahkan nenek moyang ditanggung oleh atau kepada keturunannya.
2). Dia sendiri yang berbuat dosa; Pertanyaannya,apakah mungkin bayi dalam kandungan dapat berbuat dosa? Bag orang Yahudi itu mungkin, bias terjadi. Dasarnya adalah penafsiran terhadap Kej.4:7,”dosa sudah mengintif didepan pintu”, hal ini mereka artikan sebagai pintu rahim.
Kalau orang-orang Yahudi pada saat itu memiliki pemahaman bahwa orang yang menderita secara fisik dan mengalami banyak problema kehidupan adalah orang berdosa dan tidak diberkati Tuhan. Saya yakin hal ini terkonsep dalam pikiran murid-murid Yesus sehingga mereka bertanya demikian. Tetapi kita perhatikan dalam ayat 3-6 Yesus tidak memberikan jawaban dari apa yang mereka pikirkan. Yesus tidak berpendapat bahwa orang yang lahir buta itu cacat akibat dosa, Yesus juga tidak menganggap orang buta itu sebagai obyek pembicaraan dan penyembuhan, melainkan sebagai seorang manusia/ individu yang mengalami "pekerjaan-pekerjaan" Allah yang menyelamatkan.Yesus tidak mencari siapa yang berbuat dosa dan tidak menyalahkan siapa-siapa sehingga anak itu lahir buta. Tetapi Yesus memberikan “solusi” dan jawaban yang tepat yang diluar pemikiran murid-murid-Nya.
Orang Kristen banyak yang ingin memberikan solusi dan jawaban pada orang lain tetapi dengan cara yang salah.kita terkadang memberikan bantuan tetapi kita lebih dahulu mencari penyebabnya; siapa penyebabnya, siapa biangnya, bahkan lebih fatal lagi mencari kambing hitamnya. Sehingga seolah-olah menjadi seperti Polisi, FBI, CIA, menjadi Intejen yang hebat mencari penyebab dan pelaku terjadinya sesuatu. Sehingga hasilnya bukan memberikan solusi, jawaban dan mengangkat beban orang lain tetapi justru membuat orang lain bertamba susah. Saudara kita adalah teman sekerja Allah yang turut bekerja bersama Yesus dalam mengerjakan pekerjaan Allah. Oleh sebab itu jadikanlah Yesus teladan dalam kehidupan kita, dan kita jangan tinggal diam, pasif tetapi bekerjalah sebab orang lain membetuhkan kita. Orang Kristen jangan menjadi beban tetapi jadilah Catrol, yang mengangkat beban orang lain, dan orang Kristen jangan menjadi racun tetapi jadilah obat bagi orang lain, yang mengobati dan mengibur orang yang susah hatinya.

Memiliki ketaatan (ay. 7)
Ketaatan dari kata taat artinya patuh, tunduk, menuruti perintah. Perhatikan kalimat “maka pergilah orang itu, …”(7b). Kalimat ini menandahkan adanya tindakan ketaatan orang buta tersebut, terhadap perintah Yesus. Kalau kita menyimak perintah Yesus, ini adalah suatu pernyataan yang tidak masuk akal. Mengapa? Kembali kita melihat, yang diperintahkan Yesus itu adalah orang buta. Untuk berjalan 5 meter kedepannya itu membutukan orang lainnya untuk menuntunnya apalagi mau masuk ke “kolam” untuk membasuh dirinya sendiri itukan sangat tidak mungkin. Kolam siloam adalah salah satu penampungan air dari Gihon di Yerusalem, yang sumber mata airnya di Gihon. Semua air dari Gihon ini ditampung di kolam siloam. Kolam ini dianggap oleh orang Yahudi sebagai air pembersi dan penyembuh orang menderita sakit.
Metode yang Yesus gunakan menyembuhkan orang buta itu sama dengan cara yang dipakai oleh tabib pada zaman itu. Mungkin muncul dalam pikiran kita, bahwa apakah tanah yang diaduk dengan ludah Yesus dan dioleskan kemata orang buta itu belum cukup untuk memnyembuhkannya? Yesus kan Maha Kuasa jadi bisa saja menyembuhkan seketika itu juga, tetapi mengapa Ia memerintahkan orang buta itu harus pergi ke Kolam Siloam untuk membasuh dirinya?. Saudara penting kita ketahui bahwa Tuhan menghendaki ketaatan kita, keterlibatan kita dalam mewujudkan rencana dan tujuanNya yang kudus. Kita adalah media yang dipakai Tuhan untuk melaksanakan rencanaNya. Max Lucado mengatakan behwa “memang tindakan manusia tidak ada artinya dimata Tuhan tetapi setidaknya dibutuhkan. Memang tindakan kita tidak mendatangkan keselamatan tetapi melalui tindakan kita Tuhan menyatakn kuasa-Nya, dan semua ketaatan kita itu diperhitungkan oleh Tuhan. Paulus mengatakan bahwa kami adalah teman sekerja Allah (1 Kor.3:9),berarti keterlibatan kita dalam bekerja sama adalah suatu keharusan bagi kita untuk dilakukan. Sebab itu kita harus bersyukur karena Tuhan mau melibatkan kita dalam mewujudkan rencana dan pekerjaan-Nya yang mulia melalui kita.
Karena itu saudara/i ketahuilah bahwa ketaatan adalah wujud kehidupan orang Kristen, yang walaupun seringkali apa yang kita inginkan bertentangan dengan cara Tuhan dalam mengerjakan sesuatu dalam hidup kita.Tetapi ketaatan kita teruji dan terbukti ketika kita melakukan apa yang tidak sesuai dengan keinginan hati kita dan setiap tindakan ketaatan kita itu tidak sia-sia, dan semuanya pasti ada hasilnya karena semuanya itu diperhitungkan oleh Allah. Untuk taat dibutuhkan kepekaan terhadap suara Tuhan. sebab itu jadikanlah ketaatan sebagai gaya hidup kta sehingga wujud hidup yang telah dibaharui itu dilihat oleh semua orang.

3. Berani Bersaksi (ay. 8-12).
Menurut kamus Bhs. Indonesia Saksi adalah orang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa; orang yang memberi keterangan di muka Hakim untuk kepentingan pendakwa atau terdakwa, dan pemberi bukti kebenaran. Sedangkan dalam Ensklopedi saksi adalah “Marturia” artinya orang yang memberi kesaksian tetang sesuatu yang sendiri telah melihatnya. Dalam dunia Kristen modern “ kesaksian” berarti cerita tetang apa yang dikerjakan Kristus atas hidup seseorang, menjadi pengalamn pribadi orang itu. Jadi berani bersaksi artinya berani menceritahkan karya Yesus dalam hidupnya bagi orang lain. Perhatikan pengakuan orang buta itu “Benar, akulah itu.” (ay.9c). Ketika reaksi para tetangga-tetangganya dan orang-orang yang mengenal dia sebagai pengemis yang buta. Mereka tercangang, heran dan seolah-olah tidak percaya akan sesuatu yang terjadi pada orang tersebut, diantara mereka ada yang berkata “bukankah dia ini yang selalu mengemis?” tetapi ada juga yang berkata “bukan tetapi serupa dengan dia.”(ay.8-9).
Kita perhatikan pekerjaan sebelumnya orang buta tersebut adalah mengemis. Untuk menghidupi hidupnya ia harus menjadi seorang pengemis, memintah-mintah. Bagi orang Yahudi “mengemis” adalah pekerjaan yang sangat tidak dihargai, hina dimata mereka, dan orang yang bekerja demikian adalah orang berdosa, terkutuk dan tidak diberkati Tuhan apalagi orang ini adalah seorang yang buta. Jadi jelas wajar kalau mereka heran melihat dia, dan tidak percaya kalau dia sudah tahir. Tetapi dalam ayat 9c kita dapat melihat keberaniannya, tidak merasa malu dan dengan penuh optimis menjawab mereka dengan berkata “benar, akulah itu”. Dia membuktikan dan bersaksi bahwa dialah pengemis yang mereka kenal itu. Dalam kesempatan itu,ia tidak hanya mengakui keberadaan dirinya sebagai pengemis tetapi ia juga sudah bersaksi, menceritakan tentang apa yang Tuhan Yesus kerjakan dalam hidupnya.
Sebagai orang Kristen yang telah diubahkan, kita bukan hanya dituntut untuk ikut bekerja bersama Kristus, menjadi taat tetapi jiga harus berani bersaksi, menceritakan kasih dan karya Kristus dalam hidup kita . Bersaksi tentang Kristus bukanlah pilihan tetapi suatu keharusan untuk kita lakukan. Sebab itu jadilah saksi-saksi Kristus jangan malu dan jangan takut untuk ditolak sebab secara tidak Tuhanlah yang mereka tolak.

4. Memiliki Iman yang Teguh (ay. 13-34)
Iman yang teguh adalah iman yang tak tergoyakan, tak tergoncangkan oleh apapun. Dalam ayat 33 berbunyi “jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Perkataan ini adalah suatu perkataan yang penuh dengan keyakinan. Iman telah bekerja didalam kehidupan orang buta tersebut, sehingga ia berani berkata demikian. Ia percaya bahwa Yesus adalah sorang datang dari Allah, dan ia percaya Yesus adalah nabi (ay.17c). Jikalau bukan iman ia tidak mungkin percaya dan tidak berani bersaksi demikian. Iman yang teguh memampukan seseorang untuk menghadapi masalah dan berani menanggung resiko. Orang buta ini memiliki iman yang teruji dan hal itu terbukti ketika ia mulai bersaksi tentang karya Kristus dalam kehidupannya.
Perhatikan dalam ayat 13 ia mulai menghadapi masalah dari persoalan-persoalan yang diangkat orang-orang Farisi yaitu;
ΓΌ Orang-orang Farisi(ay.13-34)Persoalan yang diangkat orang-orang Farisi adalah:* waktu kejadian penyembuhan adalah pada hari Sabat (ay. 14, 16)* mereka meragukan apakah Yesus benar datang dari Allah (ay. 16)-setelah melihat mujizat penyembuhan orang yang buta sejak lahir, mereka sendiri bertentangan pendapat tentang asal usul Yesus (ay. 16)-akhirnya mereka berpendapat Yesus bukan berasal dari Allah, tidak seperti Musa yang berasaI dari Allah (ay. 28-29) mereka marah ketika orang yang sudah melek itu menjelaskan tentang siapa Yesus; mereka menyebut orang yang tadinya buta itu "lahir sama sekali dalam dosa" -kata-kata yang menghakimi dan melecehkan (ay. 30-34)
Tetangga-tetangganya dan orang-orang yang mengenal membawa dia kepada orang-orang farisi. Pengakuannya sebagai seorang pengemis buta yang sudah disembukan oleh Yesus mengakibatkan dia berhadapan dengan orang-orang Farisi. Dia diinterviu oleh mereka tentang kesembuhan yang terjadi pada dirinya tetapi wawancara itu bukan mencari kebenarannya tetapi mencari kesalahan Yesus. Apalagi ketika Yeus melakukan mujizat itu bertepatan pada hari sabat. Hari sabat bagi orang-orang Yahudi adalah hari yang dikuhsuskan sebagai hari peristirahatan, hari yang mereka kuduskan bagi Allah. Itulah sebabnya mereka tidak percaya kepada Yesus bahwa Dia datang dari Allah karena tidak memelihara hari sabat (ay. 16a). penolakan itu merupakan ujian pertama bagi iman orang buta tersebut. Namun rupanya perkatan itu tidak mengurangi kepercayaannya dan ia tetap percaya bahwa “Yesus adalah seorang nabi”(17).
Masalah kedua yang dihadapi yaitu ketika orang Farisi tidak percaya pada kesaksian orang buta tersebut sehingga mereka datang kepada orang tuanya untuk memintah kesaksian tentang kejadian kesembuhan anaknya. Tetapi orang tuanya tidak membantu dia untuk memberikan kesaksian yang sebenarnyai. Orang tuanya lebih tunduk, takut kepada orang-orang Yahudi dari pada menyatakan kesaksian yang sebenarnya. Saya yakin ketika anak buta itu melihat orang pertamakali dia datangi dan ceritakan peristiwa itu adalah orang tuanya, jadi tidak mungkin orang tuanya tidak mengetahui siapa yang menyebuhkannya dan bagaimana anaknya disembukan. Memang kelihatannya orang tuanya seolah-olah bijak tetapi tindakannya bukanlah tindakan yang diinginkan oleh Tuhan, mengapa? Kerana yang Tuhan kehendaki adalah kita bersaksi tentang karya-Nya bagi orang lain.
Masalah yang ketiga, ia seolah-olah mendapat paksaan dari orang-orang Yahudi supaya ia beruba pikiran untuk tidak percaya bahwa Yesus datang dari Allah.(ay. 24). Bahkan sampai-sampai mereka mengejek dia ia adalah murid Yesus yang tidak tahu datangnya dari mana sedangkan mereka adalah murid-murid Musa, yang di mana kepadanya Tuhan telah berfirman (ay.28-29). Namun semua ujian ini tidak sedikitpun menggoncangkan imannya, tetapi ia tetap percaya dan berpegang teguh pada imannya, dan ia yakin bahwa Yesus yang telah menyembuhkan dia datangnya dari Allah, (ay.30-33). Karena imannya ia dikucilkan dan diusir keluar. Sebab itu harus kita sadar bahwa ketika kita mulai mengikut Yesus, bersaksi tentang Dia kita harus berani memikul salib. Iman kita akan semakin kelihatan kemurniannya ketika kita melewati banyak masalah, dan penderitaan. Oleh sebab itu jangan lari dan menghindar dari masalah tetapi jadikanlah masalah sebagai batu loncatan dalam pertumbuhan iman kita.

5. Mengenal Yesus secara pribadi (ay. 35-41).
Mengenal bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi arti mengenal lebih daripada mengetahui. Sebab mengenal memiliki unsure keintiman didalam suatu hubungan persahabatan atau persaudaraan. Ketika Yesus mendengar bahwa orang buta itu telah diusir oleh orang-orang Yahudi, Yesus menemui dia dan melakukan pecakapan dengan Ia menyatakan siapa diri-Nya, dan pada saat itulah ia mengenal siapa Yesus sebenarnya yang telah menyembuhkan dia. Rupanya dia bukan hanya sekedar nabi yang datang dari Allah tetapi Yesus adalah Tuhan. Dengan iman ia percaya bahwa Yesus adalah Anak manusia yang diutus Allah untuk menebus umat manusia dari kuasa dosa. Perhatikan kata “mendengar dan bertemu” ; “mendengar” menunjukkan bahwa Yesus meninggalkan jauh orang buta itu, berarti Yesus ada di sekitar daerah itu . sedangkan kata “bertemu” menunjukkan inisiatif Yesus. Jadi mengenal Yesus bukanlah inisiatif manusia tetapi Allah yang berinisiatif memberikan dirinya sehingga kita dapat mengenal Nya
Sangat menarik jika kita perhatikan mengenai pengenalannya tentang Yesus, ternyata pengenalannya itu terus berkembang. Mula-mula ia menyebut Yesus sebagai seseorang (ay.11), kemudian ia menyebutkan Yesus adalah nabi (ay.17), seorang yang melakukan mujizat (ay.25). kemudian menyebut-Nya sebagai seorang yang datang dari Allah dan di dengar Allah (ay.31,33); dan pada akhirnya percaya bahwa Yesus adalah Anak Manusia yang diutus Allah (ay.38). Pengenalannya itu tidak secara spontan, tetapi melalui suatu proses dan hal itu tidak mudah dan menyenangkan tetapi perlu untuk memikul salib.
Ketika orang kita bertobat seringkali kita berkata “saya telah menemukan Yesus” perkataan ini benar tetapi kita jangan puas sampai disitu.. R.C Sproul berkata “pada saat kita menemukan Kristus, saat itu bukan merupakan akhir dari pencarian kita, melainkan awal dari pencarian kita.” Biasanya, pada saat kita mendapatkan apa yang kita cari, hal itu merupaka tanda berkhirnya pencarian kita. Tetapi ketika kita “mendapatkan” Kristus, itu adalah awal dari pencarian kita. Ingatlah, ketika kita menemukan Yesus bukanlah akhir dari pencarian kita tetapi menemukan adalah awal pencarian dan pengenalan akan Kristus. Pertemuan membawa kepada pengenalan dan pengenalan kepada keintiman dan ketergantungan kepada Allah. Ketika kita mulai bergantung pada Allah maka iman kita mulai mengalami pertumbuhan. Kembali lagi “Gerakan pertumbuhan ini digerakan oleh pencarian akan Allah secara teru-menerus hingga kita mengenal Yesus . Jadi hasil wujud dari hidup yang diubahkan adalah mengenal Yesus Kristus secara pribadi dalam hidup kita.







God bless You

Selasa, 14 Juli 2009

MENJADI PENYEMBAH YANG BERKENAN

MENJADI PENYEMBAH YANG BERKENAN

YOHANES 4: 10-26

Pada mulanya Tuahan menciptakan manusia dengan begitu sempurna tanpa sesuatu yang menyebabkan mereka kehilangan persekutuan dengan Tuhan. Tuhan menciptakan manusia untuk menjadi penyembah-penyembah-Nya. Tetapi pada saat manusia jatuh dalam dosa dan gambar Allah yang ada dalam diri manusia menjadi rusak, dan hilangnya persekutuan yang begitu indah antara manusia dengan penciptanya. Jhon Calvin mengatakan bahwa “Pada saat manusia jatuh dalam dosa, maka manusia mengalami yang namanya kerusakan total” artinya gambar Allah tersebut rusak dan manusia yang berdosa tidak dapat dipulihkan lagi dengan kekuatannya sendiri. jadi kalau gambar Allah yang ada dalam diri rusak total maka manusia tidak dapat lagi menjadi ciptaan yang menyembah Tuhan dalam Roh dan Kebenaran.

Tetapi Tuhan tidak mau melihat ciptaan-Nya itu, tidak memiliki tujuan akan masa depan, dan Tuhan tetap pada tujuan utama-Nya yaitu supaya manusia ciptaan-Nya tersebut menjadi penyembah-pembeh-Nya sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan tahu bahwaw manuysia yang berdosa tidak akan bisa dan mampu menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran karena manusia sudah mengalami kerusakan secara total, oleh sebab itu untuk manusia dapat menjadi penyembah-Nya maka manusia harus dipulihkan dahulu, hal itu bukan manusia yang bertindak tetapi Allah sendiri yang melkuakna-Nya melalui Yesus Kristus. Hal inilah yang mempukan manusia yang percaya kepada Kristus dapat menjadi penyembah-penyembah Tuhan dalam Roh dan Kebenaran.

“Hanya melalui karya Tuhan yang terbesar akan memapukan orang percaya untuk menjadi penyembah-penyembah-Nya dalam Roh dan Kebenaran”

Siapakah yang layak menjadi penyembah-penyembah Bapa dalam Roh dana Kebenaran ?

1. Orang yang diselamatkan (ayat 13-14)

Dalam percakapan Yesus dengan perempuan Samaria dalam konteks mengenai Air Hidup, dalam pasal ini Yesus menceritakan dan menawarkan akan sumber Air Hidup yang memberikan hidup kekal. Yesus adalah sumber Air Hidup itu sendiri, jadi pantaslah apabila Ia menawarkan tetang Air hidup tersebut. Yesus tahu bahwa perempuan Samaria sangat memerlukan sumber air tersebut (ayat 15). Konteks tentang Air Hidup ini memilki pengertian bahwa keselamatan hanya besumber dari Yesus dan satu-satunya jalan keselamatan itu (Yohanes 14:6). Jadi apabila kita mau menjadi penyembah Tuhan yang benar terlebih dahulu kita harus diselamatkan, sebab manusia yang berdosa tidak akan pernah bisa menyembah Tuhan dalam Roh dan Kebenaran.

2. Orang yang dinyatakan kebenaran kepadanya (ayat 16-22)

Dalam ayat 16-19; menceritakan tentang kehidupan perempuan di masa lalunya, di sini Tuha menyatakan sesuatu yang benar tentang kehidupan pribadi perempuan tersebut. Kemahatahuan Yesus inilah yang membuat perempuan Samaria memiliki pengakuan bahwa Yesus adalah seorang Nabi besar. Satu kebenaran sudah terungkap dari pengakuan perempuan ini, bahwa Yesus adalah Nabi. Dan dalam ayat 20-22 di sini Tuhan Yesus lagi mengubah pola pikir perempuan tersebut dalam hal penyembahan.

Penyembahan yang ada di Samaria dan di Yerusalam kedua-duanya ditolak oleh Yesus, karena di Samaria mereka menyembah roh yang mereka tidak kenal, jadi mereka hanya menyembah roh dan tidal tahu kebenaran yang menjelaskan siapa roh yang mereka sembah tersebut. Sedangkan di Yerusalam para ahli Taurat dan orang Parisi tahu kebenaran Hukum Taurat dan Kitab para Nabi, tetapi mereka tidab menyembah dalam Roh. Artinya mereka hanya menyembah dengan akal pikiran dan pengetahuan mereka saja, karena apabila penyembahan mereka sesuai dengan logika dan pengetahuan diterima atau ditolak. Hal inilah yang membuat Tuhan Yeus menolak penyembahan yang ada di Samaria dan Yerusalem, tetapi Yesus menyetakan kepada perempuan itu bahwa kami menyembah apa yang kami kenal sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Artinya pusat penyembahan yang sesungguhnya telah datang dan bukan di Gunung Gerizim atau di Yerusalem tempat penyembahan. Jadi Yesus mengubah pola pikir perempuan tersebut dalam menyatakan kebenran tentang siapa objek penyembahan yang sebenarnya.

3. Orang yang rohnya dipulihkan (ayat 23-24)

Di dalam Yohanes 4 memberi wahyu terbesar tentang penyebah dan utnuk mengerti puasat penyembahan. Di dalam konteks ini Tuhan Yeusu sedang menunjukkan bahwa penyembahan tidak lagi diikat pada waktu atau tempat tertentu. Termasuk di Yerusalem di mana orang-orang Israel menyembah kepada Tuhan dan juga bukan di gunugn Gerazim di mana bangsa Samaria mneyembah. Melaikan penyembahan yang sesungguhnya adalah “pekerjaan roh manusia menggapai Roh Allah”. Roh manusia merupakan bagian yang dapat mwengenal dan bersekutu dengan Tuhan dan juga bagian yang dapat menyembah Tuhan. Tetapi masalahnya adalah manusia sudah jatuh dalam dosa dan mengalami kerusakan secara total,roh yang adadalam diri manusia menjadi rusak sehingga menyebabkan mereka tidak dapat menyembah Tuihan dalam Roh dan Kebenaran. Oleh sebab itu untuk manusia dapat menyembah Tuhan dalam Roh dan Kebenaran maka kerusakan tersebut harus dipulihkan terlebih dahulu. Kematian dan kebangkitan Yesus yang dapat memulihkan kerusakan tersebut sehingga roh manusia merupakan bagian yang dapat mengenal dan bersekutu dengan Tuhan.

Jadi Tuhan adalah Roh sehingga setiap orang percaya dituntut menyembah-Nya dengan prinsip menyembah dalam Roh dan kebenaran sebagai mana yang telah dijelaskan oleh Yohanes dalam ijnjilnya (Yohanes 4:24). Itulah sebabnya penyembahan tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Aktivitas penyembahan harus lahir dari roh manusia, sehingga penyembahan bukan hanya sekedar ritual tetapi lebih dari pada itu yaitu aktualisasi dalam hidup. Dengan Roh setiap orang yang menyembah-Nya memperoleh pengalaman dengan Tuhan memalui penghormatan kepada-Nya yang telah meyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus pada segala waktu dan segala tempat.penyembahan dalam kebenaran tidak ada sedikitpunsuatu kepura-puraan tetapi segalanya murni, tidak ada kepalsuan. Ini artinya kekudusan menempati peran yang tinggi ketika seseorang datang melayani-Nya. “Kuduslah kamu sebab Aku kudus” (2 Pet 1:16). Kekudusan dalam aspek positif berarti utuh, kehidupan yang seluruhnya dipersembahkan kepada Tuhan dan dipisahkan untuk dipakainya.

Syarat untuk bersekutu dengan Dia hanyalah beriman kepada-Nya dan kepada apa yang telah Ia djanjikan. Jika persekutuan itu putus karena dosa maka akan diperbaiki melalui pengampunan Tuhan atas dasar tebusan yang telah ditetapkan oleh Tuhan sendiri. untuk hal ini Perjanjian Lama memiliki prinsip; “karena nyawa mahkluk ada dalam darahnya dan aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawanya” (Im. 17:11). AMIN

JANGAN TAKUT UNTUK MELANGKAH

JANGAN TAKUT UNTUK MELANGKAH

ROMA 8: 31-39

Di dalam kehidupan kekristenan apabila kita menyadari bahwa hidup kita adalah anugerah, bahwa kita telah mendapatkan keselamatan dan telah dipersatukan di dalam Kristus. Sehingga setiap segi kehidupan kita di ubahkan baik pikiran, maupun karakter kita yang lama semuanya sudah diperbaharui. Dan hal itu pasti terjadi dalam kehidupan kita yang telah mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga.

Tetapi yang menjadi masalahnya sekarang adalah apakah kita sudah siap melangkah dalam menjalankan pengembaraan kita sebagai orang asing di dunia ini ( Fil 4: 20 ). Menjadi hamba Tuhan salib merupakan bagian dari hidup yang tidak mungkin dipisahkan. Dalam meresponi akan panggilan Tuhan yang mulia, kita akan diperhadapkan dengan banyak tantangan, mungkin dari keluarga kita, masyarakat bahkan orang yang kita kasihi sekalipun akan menjadi tantangan yang harus kita lewati. Dengan adanya hal itu masihkah kita tetap melangkah dalam iman, sehingga kita akan sampai ketempat tujuan, untuk mencapai tujuan ini tidak mudah dan seenak kita menikmati makanan yang lezat yang siap untuk dihabiskan. Dalam hal ini sangat dibutuhkan hati dan pikiran yang di kuasai oleh Firman Tuhan dan iman yang berpusat padsa Kristus, yang dapat memapukan kita untuk tetap melangkah.

“ Iman yang berakar pada kebenaran Firman Tuhan akan membuat hidup orang percaya memiliki alas an untuk melangkah dalam iman yang sejati”

Mengapa dan apa yang menyebabkan orang percaya untuk tidak takut melangkah dalam dunia yang menakutkan.

1. Karena Allah di pihak kita ( ay. 31 )

Kata dipihak berarti berada disisi ( disebelah kiri atau kanan ) dengan kata lain berada di sisi atau di sebelah kanan atau kiri, dan bukan lawan/ musuh tetapi teman yang mendukung disis atau disebelah kita. Apabila kita melihat kata di pihak pada ayat 31 ini memuliki pengertian tentang perlindungan dan pertolongan Tuhan. Perlindungan dan pertolongan Tuhan merupakan suatu jaminan akan janji Tuhan kepada setiap orang yang telah dipersatukan dengan Kristus, Kristus Yesus mati dan bangkit dan naik ke Sorga merupakan tanda bahwa Ia telah menyelesaikan misi-Nya di dunia. Kristus tidak hanya menyelamatkan dan menjamin akan hidup yang kekal, lalu Ia meninggalkan kita begitu saja, tetapi Ia memberikan janji-Nya bahwa akan berada di sisi atau di pihak kita yang merupakan pembela bagi kita dalam pengadilan sehingga tidak ada orang yang dapat menggugat orang pilihan-Nya (ay.33).

Jika kita mengingat kembali akan sejarah bangsa Israel dimana mereka keluar dari tanah perbudakan dan memasuki tanah yang telah di janjikan kepada mereka, ada begitu banyak rintangan dan tantangan yang berusaha menghadang langkah mereka tetapi Allah yang berperang dan membela mereka. Jika Allah tidak dipihak mereka maka bangsa Israel akan mengalami kekalahan yang bsar, jadi begitunya kebutuhan kita akan pertolongan dan perlindungan Allah dalam hidup kita, karena kita tidak bisa berbuat apa-apa karena itu harus adanya penyerahan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan dan pembelaan Tuhan menjadi bagian hidup kita.

Allah di pihak anda: andaikan Allah mempunyai kalender, Dia akan melingkari hari ulang tahun anda. Andai Allah mengendarai mobil, nama anda akan tertara dibumber mobil itu. Andai di Sorga terdapat sebatang pohon, Dia akan mengukir nama anda di kulit pohon itu. Dan kita semua tahu kalau Allah mempunyai banyak tato dan kita juga tahu apa gambarnya, sebagaimana pernyataan-Nya “Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku” ( Yes 49:16).

2. Karena Kristus telah memberikan kemenangan (ay.37)

Kata kemenangan berarti dapat mengalahkan musuh dalam suatu pertempurang, kemenangan juga dapat terjadi karena memiliki kelebihan atau keunggulan.untuk memperoleh suatu kemenangan sangat diperlkan suatu perjuangan dalam pertempuran tersebut, tanpa adanya perjuangan mustahil dapat memperoleh kemenangan. Tetapi bagi kita orang yang percaya yang telah memperoleh penebusan dan disatukan dengan Kristus, kemenangan itu adalah pemberian Tuhan. Yesus telah mati dan bangkit dari kematia dan telah mengalahkan maut yang berkuasa atas hidup umat manusia menandakan puncak kemenangan-Nya, dan kemenangan Kristus adalah kemenangan bagi kita sebagai anak-anak-Nya yang percaya. Tapi kita perlu ketahui bahwa iblis akan terus menyerang kita dengan berbagai hal yang akan membuat kita bimbang akan kemenangan yang telah Kristus anugrahkan, karena kita akan diperhadapkan dengan tantangan dan masalah yang membuat kita undur dari panggilan kita.

Dalam terjemahan Indonesia sehari-hari dari ayat 36-37 adalah “sepanjang hari kami hidup di dalam bahaya maut karena Engkau. Kami diperlakukan seperti domba yang mau disembelih”. Memang itu tidak bisa dihindari oleh murid Kristus dan harus dihadapi dan itu bukan senjata pemungkas iblis, yang dapat membuat kita undur dari panggilan kita. Tapi Firman Tuhan mengatakan jawaban yang tepat yaitu “ Tidak! Malah di dalam semuanya itu kita mendapat kemenangan yang sempurna oleh Dia yang mengasihi kita ( IBIS). Artinya Tuhanlah yangtelah berperang dan memberikan kemenangan bagi anak-anak-Nya.

3. Karena Allah mengasihi kita ( ay. 38-39 ).

Yang menjadi kunci dan inti dari dua poin di atas adalah karena Tuhan mengasihi kita, karena kalau bukan kasih, itu tidakakan pernah terjadi dalam hidup kita dan kita masih hidup dalam perbudakan sehingga kita sama saja dengan orang yang tidak percaya. Dalam ayat 35,38,39 menjelaskan bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita, karena Tuhan mengasihi kita dan kalau Allah mengasihi kita maka Ia akan menjadi pembela dan memberikan kemenangan kepada umat-Nya.

Kata mengesihi mempunyai arti mencintai, manaruh kasih kepada orang yang dicintai. Jadi kalau kita mengasihi seseorang pastilah kita yang pertama-tama yang akan membelanya, melindunginya sehingga ia tidak bisa disakiti oleh orang lain. Demikian juga dengan Tuhan, Ia telah membuktikan kasih-Nya dengan cara datang ke dalam dunia dan mati di atas kayu salib untuk menyelamatkan bahkan bangkit untuk memberikan kemenangan yang sempurna bagi kita, itulah bukti kasih Kristus. Maka tidak ada alas an lagi untuk kita takut melangkah , walaupun kita diperhadapkan dengan berbagai tantanganbahkan maut sekalipun tidak akan memisahkan kita dari kasih Kristus.

Saya mengajak kita semua merenungkan pertanyaan ini dan kita menjawabnya dalam hati masing-masing.

1. Apakah Allah menyelamatkan kita supaya kuatir?

2. Apakah Dia menarik kita berjalan untuk melihat kita jatuh?

3. Apakah Dia yang telah menyerahkan diri-Nya untuk dipaku di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita, begitu saja mengabaikan doa-doa kita?